Dalam dunia pengobatan dikenal adanya pengobatan alami yang berasal dari tumbuhan atau yang disebut sebagai Herbal. Pengobatan dengan herbal lebih baik bagi kesehatan tubuh karena berbeda dengan pengobatan kimia sintetis, yang menggunakan bahan kimia yang tidak baik untuk kesehatan tubuh jika dikonsumsi secara berkepanjangan.
Pengobatan herbal bersifat probiotik yaitu akan meningkatkan system imun (kekebalan) tubuh. Obat Herbal mengatasi problematika kesehatan dengan cara yang alami, aman dan halal, tidak menimbulkan efek samping karena alami dari dari tumbuhan.
Dalam Perkembangannya terdapat berbagai produk herbal, satu diantaranya adalah VCO (Virgin Coconut Oil) atau Minyak Kelapa Dara atau Minyak Kelapa Murni yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan perawatan kecantikan. Bagian-bagian dari pohon kelapa (Cocos Nucifera L) sangat bermanfaat bagi kesehatan jika diolah dengan baik.
VCO adalah minyak dari santan segar kelapa murni yang proses pembuatannya Tidak Menggunakan Panas (tidak dimasak dan tidak menggunakan air panas), tidak menggunakan Bahan Kimia, Tanpa Fermentasi, Tanpa Penambahan Enzim (seperti kepiting, getah papaya atau buah nenas), dan tanpa bahan lainnya seperti ragi atau cuka.
Hasil penelitian yang dilakukan Prof. Dr. AH. Bambang Setiaji. Msc, ahli kimia dan dosen di F.MIPA UGM Yogyakarta, yang di publikasi pada tahun 2004, terungkap bahwa VCO memiliki banyak khasiat untuk kesehatan, perawatan kulit dan wajah.
KAMPANYE BURUK AMERIKA SERIKAT (USA) TERHADAP MINYAK KELAPA
Sejak 1954 USA sudah melakukan Kampanye anti minyak kelapa, minyak kelapa dituding sebagai penyebab penyakit jantung dan tingginya kolesterol jahat.
Pada 1954 beberapa peneliti di Minnesota, USA, mengemukakan telah terjadi epidemi sakit jantung di USA. Mereka menduga epidemi itu muncul karena peningkatan kolesterol darah akibat konsumsi minyak atau lemak nabati jenuh. Minyak nabati jenuh yang tidak sehat itu mencakup tropical fats (karena banyak dibuat di negara tropis) yaitu minyak sawit dan minyak kelapa. Maka muncullah anjuran untuk menukar konsumsi minyak nabati jenuh dengan minyak nabati tidak jenuh seperti minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak jagung.
Publikasi buruk secara terus menerus dari berbagai institusi di USA. Fitnah terhadap minyak kelapa dilakukan secara tersitematis, bahkan sampai kedalam mata pelajaran kimia di sekolah, Asam lemak jenuh disebut sebagai sumber kolesterol penyebab penyakit degeneratif. Akibatnya minyak kelapa dengan kandungan asam lemak jenuh tersingkir oleh minyak kedelai, jagung, dan minyak ikan yang kaya asam lemak tak jenuh.
Pada 1989 Institut Jantung, Paru-paru dan Darah Nasional serta Badan Riset Nasional USA mengumumkan agar konsumen menghindari minyak kelapa dan seluruh turunannya. Karena menurut mereka minyak kelapa memicu tingginya kolesterol. National Cholesterol Education Program di USA mengeluarkan pernyataan minyak kelapa harus dihindari karena kaya kolesterol.
Bahkan, The New York Times 3 Juni 1987 semakin subyektif dengan memuat editorial minyak kelapa dari Indonesia dan Malaysia murah, tetapi menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
“Nasib mujur” berpihak pada minyak sawit. Para peneliti di Malaysia (satu diantara Negara produsen minyak sawit terbesar) mereka rajin melakukan riset minyak sawit untuk kesehatan. Namun hal sebaliknya terjadi dengan minyak kelapa Indonesia. Tanpa perlawanan, bahkan Pemerintah seakan akan membiarkan stigma buruk melekat pada minyak kelapa sejak 1963, dengan menerima mentah-mentah pendapat Amerika Serikat.
Kenyataan itu adalah ironi, karena pada tahun 1939, Dr.Weston A Price (ahli gizi dari USA) sudah mempublikasikan pentingnya minyak kelapa untuk kesehatan dan mengkonsumsi minyak kelapa tidak serta merta mengakibatkan penyakit jantung. Namun, itu semua seperti terkubur dalam khazanah ilmu pengetahuan Indonesia.
Dr.Weston A Price melakukan Penelitian di pulau Pukapuka, Selandia Baru, menemukan bahwa kasus penyakit jantung disana sangat rendah, padahal sebagian besar penduduknya mengonsumsi minyak kelapa dalam jumlah yang sangat besar, sekitar 60% dari total kalori yang dikonsumsi.
DR. Dan Eringthon. (ahli ekonomi pertanian Universitas Nasional Australia). Meneliti masyarakat Tuvalu, di Pasifik Selatan yang mengkonsumsi minyak kelapa. Hasil riset tidak ada tanda penyakit jantung. Namun, Setelah mereka pindah ke Selandia Baru dan mengkonsumsi minyak poli tak jenuh, prevalensi penyakit jantung tinggi. Hal itu membuka mata para peneliti, bahwa kolesterol penyebab penyakit kardiovaskuler bukan berasal dari minyak kelapa.
Dan fakta membuktikan, di USA sendiri dimana penduduknya banyak mengonsumsi minyak sayur, angka kejadian penyakit jantung malah cukup tinggi. Artinya, pendapat bahwa minyak sayur lebih aman dibanding minyak kelapa mulai dipertanyakan.
Pengobatan herbal bersifat probiotik yaitu akan meningkatkan system imun (kekebalan) tubuh. Obat Herbal mengatasi problematika kesehatan dengan cara yang alami, aman dan halal, tidak menimbulkan efek samping karena alami dari dari tumbuhan.
Dalam Perkembangannya terdapat berbagai produk herbal, satu diantaranya adalah VCO (Virgin Coconut Oil) atau Minyak Kelapa Dara atau Minyak Kelapa Murni yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan perawatan kecantikan. Bagian-bagian dari pohon kelapa (Cocos Nucifera L) sangat bermanfaat bagi kesehatan jika diolah dengan baik.
VCO adalah minyak dari santan segar kelapa murni yang proses pembuatannya Tidak Menggunakan Panas (tidak dimasak dan tidak menggunakan air panas), tidak menggunakan Bahan Kimia, Tanpa Fermentasi, Tanpa Penambahan Enzim (seperti kepiting, getah papaya atau buah nenas), dan tanpa bahan lainnya seperti ragi atau cuka.
Hasil penelitian yang dilakukan Prof. Dr. AH. Bambang Setiaji. Msc, ahli kimia dan dosen di F.MIPA UGM Yogyakarta, yang di publikasi pada tahun 2004, terungkap bahwa VCO memiliki banyak khasiat untuk kesehatan, perawatan kulit dan wajah.
![]() |
Extra VCO |
KAMPANYE BURUK AMERIKA SERIKAT (USA) TERHADAP MINYAK KELAPA
Sejak 1954 USA sudah melakukan Kampanye anti minyak kelapa, minyak kelapa dituding sebagai penyebab penyakit jantung dan tingginya kolesterol jahat.
Pada 1954 beberapa peneliti di Minnesota, USA, mengemukakan telah terjadi epidemi sakit jantung di USA. Mereka menduga epidemi itu muncul karena peningkatan kolesterol darah akibat konsumsi minyak atau lemak nabati jenuh. Minyak nabati jenuh yang tidak sehat itu mencakup tropical fats (karena banyak dibuat di negara tropis) yaitu minyak sawit dan minyak kelapa. Maka muncullah anjuran untuk menukar konsumsi minyak nabati jenuh dengan minyak nabati tidak jenuh seperti minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak jagung.
Publikasi buruk secara terus menerus dari berbagai institusi di USA. Fitnah terhadap minyak kelapa dilakukan secara tersitematis, bahkan sampai kedalam mata pelajaran kimia di sekolah, Asam lemak jenuh disebut sebagai sumber kolesterol penyebab penyakit degeneratif. Akibatnya minyak kelapa dengan kandungan asam lemak jenuh tersingkir oleh minyak kedelai, jagung, dan minyak ikan yang kaya asam lemak tak jenuh.
Pada 1989 Institut Jantung, Paru-paru dan Darah Nasional serta Badan Riset Nasional USA mengumumkan agar konsumen menghindari minyak kelapa dan seluruh turunannya. Karena menurut mereka minyak kelapa memicu tingginya kolesterol. National Cholesterol Education Program di USA mengeluarkan pernyataan minyak kelapa harus dihindari karena kaya kolesterol.
Bahkan, The New York Times 3 Juni 1987 semakin subyektif dengan memuat editorial minyak kelapa dari Indonesia dan Malaysia murah, tetapi menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
“Nasib mujur” berpihak pada minyak sawit. Para peneliti di Malaysia (satu diantara Negara produsen minyak sawit terbesar) mereka rajin melakukan riset minyak sawit untuk kesehatan. Namun hal sebaliknya terjadi dengan minyak kelapa Indonesia. Tanpa perlawanan, bahkan Pemerintah seakan akan membiarkan stigma buruk melekat pada minyak kelapa sejak 1963, dengan menerima mentah-mentah pendapat Amerika Serikat.
Kenyataan itu adalah ironi, karena pada tahun 1939, Dr.Weston A Price (ahli gizi dari USA) sudah mempublikasikan pentingnya minyak kelapa untuk kesehatan dan mengkonsumsi minyak kelapa tidak serta merta mengakibatkan penyakit jantung. Namun, itu semua seperti terkubur dalam khazanah ilmu pengetahuan Indonesia.
Dr.Weston A Price melakukan Penelitian di pulau Pukapuka, Selandia Baru, menemukan bahwa kasus penyakit jantung disana sangat rendah, padahal sebagian besar penduduknya mengonsumsi minyak kelapa dalam jumlah yang sangat besar, sekitar 60% dari total kalori yang dikonsumsi.
DR. Dan Eringthon. (ahli ekonomi pertanian Universitas Nasional Australia). Meneliti masyarakat Tuvalu, di Pasifik Selatan yang mengkonsumsi minyak kelapa. Hasil riset tidak ada tanda penyakit jantung. Namun, Setelah mereka pindah ke Selandia Baru dan mengkonsumsi minyak poli tak jenuh, prevalensi penyakit jantung tinggi. Hal itu membuka mata para peneliti, bahwa kolesterol penyebab penyakit kardiovaskuler bukan berasal dari minyak kelapa.
Dan fakta membuktikan, di USA sendiri dimana penduduknya banyak mengonsumsi minyak sayur, angka kejadian penyakit jantung malah cukup tinggi. Artinya, pendapat bahwa minyak sayur lebih aman dibanding minyak kelapa mulai dipertanyakan.
0 comments:
Post a Comment